04 Desember 2025 - 10:02
Oleh : Admin
Sleman – Wilayah Sumatera kembali dilanda bencana alam yang merusak, dengan banjir bandang dan longsor yang terjadi di sejumlah daerah, terutama di Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat. Intensitas curah hujan yang tinggi serta perubahan pola cuaca yang semakin ekstrem memicu bencana tersebut, mengancam kehidupan masyarakat, menghancurkan lahan pertanian, dan mengganggu ketahanan pangan di kawasan ini. Salah satu solusi yang kini semakin diusulkan oleh para ahli dan pihak terkait adalah penggunaan tanaman penyerap air yang dapat membantu mengurangi risiko banjir dan longsor di masa depan.
Bencana Alam Akibat Perubahan Iklim
Sejak beberapa bulan terakhir, Sumatera menghadapi serangkaian bencana alam yang dipicu oleh cuaca ekstrem. Di daerah dataran tinggi seperti Aceh dan Sumatera Utara, hujan deras mengakibatkan sungai meluap, memicu banjir bandang yang merendam pemukiman dan lahan pertanian. Sementara itu, di daerah pesisir, gelombang pasang dan longsor tanah semakin memperburuk kondisi. Petani yang bergantung pada hasil pertanian lokal kini terancam kehilangan mata pencaharian mereka, dengan kerusakan besar pada tanaman yang belum sempat dipanen.
Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), perubahan cuaca yang semakin ekstrem merupakan dampak dari fenomena global seperti pemanasan global dan perubahan iklim. Curah hujan yang tidak menentu dan curah hujan ekstrem dalam waktu singkat membuat tanah tidak mampu menyerap air dengan baik, menyebabkan banjir dan longsor di banyak tempat.
Tanaman Penyerap Air: Solusi Hijau untuk Mitigasi Bencana
Di tengah bencana ini, banyak ahli lingkungan dan pertanian mulai mengusulkan penerapan tanaman penyerap air sebagai langkah mitigasi bencana. Tanaman penyerap air berperan penting dalam mengurangi volume air yang menggenang di permukaan tanah, meningkatkan daya serap air tanah, dan memperbaiki struktur tanah yang dapat mencegah terjadinya longsor. Selain itu, tanaman ini juga bermanfaat untuk mempertahankan kestabilan ekosistem dan mengurangi erosi.
Beberapa jenis tanaman yang dikenal efektif dalam menyerap air dan dapat digunakan dalam upaya mitigasi bencana di daerah rawan banjir dan longsor antara lain:
1. Bambu
Bambu adalah tanaman yang memiliki akar kuat dan dalam, yang sangat efektif dalam menyerap air. Selain itu, bambu memiliki kemampuan untuk memperbaiki struktur tanah dan mencegah erosi. Tanaman ini juga tumbuh dengan cepat dan dapat digunakan untuk memperbaiki lahan yang terancam longsor.
2. Pohon Sengon
Sengon adalah pohon yang cepat tumbuh dengan akar yang menyebar luas, membantu mengikat tanah dan mengurangi resiko longsor. Tanaman ini cocok ditanam di daerah perbukitan atau kawasan yang rawan longsor.
3. Tanaman Pangan dengan Sistem Akar Dalam
Beberapa jenis tanaman pangan, seperti singkong dan talas, memiliki akar yang dalam dan dapat membantu menyerap air berlebih di tanah. Tanaman ini dapat tumbuh dengan baik di daerah yang sering dilanda hujan deras atau banjir, sekaligus memberikan hasil pangan bagi masyarakat.
4. Rumput Vetiver
Vetiver adalah jenis rumput yang sangat efektif dalam mencegah erosi dan menyerap air. Akar rumput vetiver mampu menembus tanah hingga kedalaman 3 meter, sehingga sangat berguna dalam pengelolaan lahan di daerah yang rawan longsor dan banjir.
Keuntungan Menanam Tanaman Penyerap Air
Pemanfaatan tanaman penyerap air tidak hanya bermanfaat untuk mengurangi risiko bencana alam, tetapi juga dapat memberikan manfaat ekonomi dan sosial bagi masyarakat:
• Mengurangi Risiko Banjir dan Longsor
Dengan menanam tanaman penyerap air di kawasan rawan banjir atau longsor, volume air yang menggenang dapat dikendalikan, mengurangi potensi terjadinya kerusakan lebih lanjut. Tanaman dengan akar yang dalam juga mampu menahan tanah agar tidak tergerus hujan deras.
• Peningkatan Kualitas Tanah
Tanaman penyerap air, terutama bambu dan pohon sengon, dapat memperbaiki struktur tanah, meningkatkan kesuburan, dan mencegah erosi. Hal ini sangat bermanfaat untuk memperbaiki lahan pertanian yang terpengaruh oleh bencana alam.
• Sumber Ekonomi bagi Masyarakat
Selain manfaat ekologisnya, tanaman seperti bambu, sengon, dan rumput vetiver dapat dijual sebagai bahan baku industri dan konstruksi, memberikan pendapatan tambahan bagi masyarakat lokal. Sementara tanaman pangan yang dapat menyerap air, seperti singkong dan talas, memberikan hasil pangan yang penting untuk ketahanan pangan lokal.
• Pencegahan Kerusakan Infrastruktur
Menanam tanaman penyerap air di sekitar infrastruktur penting, seperti jalan raya, jembatan, dan pemukiman, dapat mengurangi dampak bencana terhadap infrastruktur tersebut, serta memperpanjang umur bangunan dengan mengurangi risiko tanah longsor.
Sumber: Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Kementerian Pertanian Republik Indonesia.
ID
EN